RAMADHAN PENGOKOH KEIMANAN_SMP TA'MIRIYAH SURABAYA
Sungguh setiap
perkara yang Allah SWT wajibkan atas manusia tidaklah berat karena pasti dalam
kadar kesanggupan manusia. Allah SWT berfirman:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya… (QS al-Baqarah [2]: 286).
Dalam kondisi
tertentu Allah SWT bahkan memberikan rukshah (keringanan) kepada hamba-Nya.
Jika tidak mampu shalat berdiri, misalnya, Allah SWT membolehkan shalat dengan
duduk; atau jika tidak mampu juga, boleh sambil berbaring. Begitu juga dengan
shaum Ramadhan. Yang sakit atau dalam perjalanan, boleh tidak shaum, tetapi
wajib mengqadhanya pada hari lain. Demikian seterusnya. Itulah yang Allah SWT
kehendaki sebagaimana firman-Nya:
يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ
الْعُسْرَ…
…Allah menghendaki
kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesukaran atas kalian… (QS
al-Baqarah [2]: 185).
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ…
…Tidaklah Allah
menjadikan dalam agama (Islam) ini kesempitan atas kalian… (QS al-Hajj [22]:
78).
Jelas, dalam kondisi
normal, setiap kewajiban atau ibadah tidaklah berat. Setiap shalat
paling-paling menyita lima menit dari waktu kita. Begitu juga dengan shaum.
Sebenarnya hanyalah memajukan waktu sarapan pagi lebih awal dan hanya
mengurangi satu dari tiga kali kesempatan makan. Apanya yang berat? Kita hanya
diminta untuk menahan diri tidak makan siang. Tak pernah ada cerita bahwa ada
orang sakit parah, terluka berat, apalagi mati gara-gara shaum. Tak ada juga
orang jatuh miskin gara-gara membayar zakat. Yang lebih banyak terbukti, shaum
dan shalat membuat orang sehat jasmani dan ruhani. Adapun zakat berdampak bagi
penyucian jiwa dan pemerataan kekayaan.
Belum lagi pujian dan
ganjaran yang telah Allah SWT janjikan bagi hamba-Nya yang taat beribadah.
Khusus bagi mereka yang shaum Allah SWT berjanji:
Siapa saja yang shaum
Ramadhan dengan landasan iman dan semata-mata mengharap ridha Allah SWT,
niscaya Dia mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR Ahmad).
Bagi orang yang shaum
ada dua kebahagiaan yaitu: kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan saat
bertemu Tuhannya (di surga) (HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Bila Anda tidak melakukan
maksiat, dana akan bisa dihemat. Karena maksiat kebanyakan membutuhkan dana.
Apalagi fakta membuktikan bahwa setiap pelanggaran terhadap larangan Allah SWT
pasti berdampak buruk.
Di sinilah, selain
kemampuan, untuk mengerjakan perintah Allah SWT dan meninggalkan larangan-Nya
ternyata diperlukan pula kemauan karena berbagai dorongan. Dari sekian macam
dorongan itu, yang tertinggi adalah dorongan iman. Tanpa kemauan yang muncul
dari iman, kewajiban agama yang sangat ringan sekalipun akan terasa berat
dikerjakan.
Apalagi kewajiban
yang memang memerlukan pengorbanan harta atau bahkan sesuatu yang paling
berharga yang kita miliki, tentu akan lebih terasa berat. Dari situlah mengapa
perintah shaum Ramadhan ditujukan kepada orang-orang beriman.
Hai orang-orang yang
beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu pernah
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa (TQS al-Baqarah
[2]: 183)
Iman di dada seorang
Muslim membuat ia tunduk kepada Allah SWT. Inilah yang akan membuahkan takwa,
yakni senantiasa selalu siap sedia mengerjakan perintah Allah SWT dan
meninggalkan semua larangan-Nya.
Iman memberikan
dorongan kuat untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan. Dorongan
semacam itulah yang menciptakan kemauan. Dengan kemauan seperti itu pula dulu
para sahabat ra. berjihad kendati pun pada bulan Ramadhan. Perang Badar, Perang
Ahzab, pembebasan Kota Makkah (Fathu Makkah), perang Tabuk, pembebasan Spanyol,
semua terjadi di bulan Ramadhan.
Sayangnya, kemauan
yang bersumber dari iman inilah yang kini langka pada jiwa kaum Muslim. Sekian
banyak perintah agama diabaikan dan sekian banyak larangan agama dilanggar.
Akibatnya, berbagai problematika muncul di sana sini tak pernah henti.
Ada
yang hilang dari diri kita yaitu kemauan. Nah, ibadah puasa itu menempa kemauan
dan kemampuan umat Islam untuk menahan hawa nafsu dari bermaksiat maupun untuk
taat kepada perintah Allah SWT.
(Tim Online SPETA)
Komentar
Posting Komentar